Indonesia selalu digambarkan sebagai negeri dengan kekayaan budaya dan alam tropis yang luar biasa. Namun di balik semua pujian itu, ada rasa getir yang sulit disangkal. Pesona yang katanya sulit dilupakan justru perlahan dilupakan oleh bangsanya sendiri. Budaya yang dahulu dijunjung tinggi kini hanya menjadi hiasan seremonial, sementara alam tropis yang memesona terus terkikis tanpa ampun. Semua ini terjadi di tengah sorotan pariwisata dan jargon kebanggaan nasional yang terasa semakin kosong.
Budaya Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, menyimpan keragaman yang seharusnya menjadi kekuatan. Tarian tradisional, bahasa daerah, ritual adat, hingga kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun, kini berada di persimpangan jalan. Generasi muda lebih sibuk mengejar tren global, meninggalkan identitas yang dianggap kuno dan tidak relevan. Budaya hanya dihidupkan ketika ada acara resmi atau ketika wisatawan datang, itupun sering kali dalam bentuk yang sudah disederhanakan dan kehilangan makna aslinya. Pesona budaya yang seharusnya hidup dalam keseharian justru dipaksa bertahan di panggung formalitas.
Alam tropis Indonesia pun bernasib tidak jauh berbeda. Hutan hujan yang dulu lebat kini tinggal cerita. Pantai-pantai indah dipenuhi sampah, laut yang kaya perlahan rusak oleh eksploitasi berlebihan. Keindahan alam yang sering dipromosikan sebagai surga tropis ternyata rapuh dan mudah hancur. Ironisnya, semua kerusakan ini sering dibungkus dengan dalih pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, seolah tidak ada pilihan lain selain mengorbankan alam.
Di tengah kondisi yang memprihatinkan ini, pelaku usaha kecil dan masyarakat lokal sebenarnya memegang peran penting. UMKM berbasis budaya dan alam tropis seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga identitas Indonesia. Namun kenyataannya, banyak UMKM yang berjuang sendiri tanpa dukungan memadai. Mereka dituntut bersaing di pasar yang semakin keras, sementara nilai budaya yang mereka bawa sering dianggap tidak cukup menjual. Inisiatif seperti umkmkoperasi hadir membawa harapan, meski harapan itu sering terasa rapuh di tengah sistem yang kurang berpihak.
Melalui platform seperti https://www.umkmkoperasi.com/ potensi budaya dan alam tropis Indonesia masih berusaha diperkenalkan dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan. Namun pesimisme tetap sulit dihindari. Selama budaya hanya dilihat sebagai komoditas dan alam sebagai sumber daya yang bisa dieksploitasi tanpa batas, pesona Indonesia akan terus memudar. UMKM dan koperasi tidak bisa berjalan sendiri menghadapi arus besar ketidakpedulian dan kebijakan yang sering kali tidak konsisten.
Pesona budaya dan alam tropis Indonesia memang sulit dilupakan, tetapi justru karena itulah kehilangan yang terjadi terasa semakin menyakitkan. Kita dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa keindahan yang dibanggakan dunia bisa saja lenyap sebelum benar-benar kita jaga. Tanpa kesadaran kolektif dan dukungan nyata terhadap pelaku lokal melalui ekosistem seperti umkmkoperasi, semua keindahan itu hanya akan menjadi nostalgia. Indonesia akan tetap dikenal sebagai negeri yang indah, namun hanya dalam cerita, foto lama, dan ingatan yang perlahan memudar.
